Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan
persetujuan dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa salam yang
dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan
hukum dalam agama Islam selain Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas.
Dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al Qur’an.
Berikut ini adalah beberapa hadits yang berkaitan dengan wanita yang
kami rangkum dari berbagai sumber yang kredibel. Semoga dengan
mengetahui dan mengamalkan Hadits-Hadits ini, kita dapat mejadi orang
yang lebih baik lagi.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, yang artinya :
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mu’min : ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka’.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha
penyayang.” (QS. Al-Ahzab : 59)
1. Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya dunia itu adalah
perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR.
Muslim no. 1467)
2. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul
Khaththab radhiyallahu ‘anhu : “Maukah aku beritakan kepadamu tentang
sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang
bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya,
dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no.
1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih
3/57 : “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)
3. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bagi lelaki yang
ingin menikah : “Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena
hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena
agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan
beruntung.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)
4. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah pula bersabda :
“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang
shalihah, tempat tinggal yang luas/lapang, tetangga yang shalih, dan
tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan
kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak
shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.”
(HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh
Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam
Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)
5. Ketika Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada
Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah, harta apakah
yang sebaiknya kita miliki ?”
Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Hendaklah salah seorang
dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa
berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara
akhirat.” (HR. Ibnu Majah no. 1856, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani
rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah no. 1505)
6. Al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari
Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, yang artinya :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia
mengganggu tetangganya, dan berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka
diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok
adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau
mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh
karena itu, berbuatlah baik kepada wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Apabila seorang
wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya
dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya : Masuklah engkau ke
dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad 1/191,
dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no.
660, 661)
8. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku
beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni
surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali
kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya
dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata : “Aku tak
dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no.
257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani
rahimahullah, no. 287)
9. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Tidak halal
bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak
sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan
Muslim no. 1026)
10. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda :
“Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur
kepada suaminya padahal dia membutuhkannya.” (HR. An-Nasai dalam
Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)
11. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Demi Dzat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil
istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan
yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR.
Muslim no.1436)
12. Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Apabila
seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan tempat tidur suaminya,
niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke suaminya).”
(HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436)
13. Kisah wanita yang akan berangkat menunaikan shalat ‘ied, ia tidak
memiliki jilbab, maka diperintah oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam : “Hendaknya Saudarinya meminjaminya Jilbab untuknya.” (HR.
Bukhari No. 318).
14. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di akhir
kehidupannya, dan hal itu terjadi pada haji Wada’ : “Ingatlah, berbuat
baiklah kepada wanita. Sebab, mereka itu (bagaikan) tawanan di sisi
kalian. Kalian tidak berkuasa terhadap mereka sedikit pun selain itu,
kecuali bila mereka melakukan perbuatan nista. Jika mereka melakukannya,
maka tinggalkanlah mereka di tempat tidur mereka dan pukul lah mereka
dengan pukulan yang tidak melukai. Jika ia mentaati kalian, maka
janganlah berbuat aniaya terhadap mereka. Mereka pun tidak boleh
memasukkan siapa yang tidak kalian sukai ke tempat tidur dan rumah
kalian. Ketahuilah bahwa hak mereka atas kalian adalah kalian berbuat
baik kepada mereka (dengan mencukupi) pakaian dan makanan mereka.” (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih)
15. Ummu Salamah berkata : “Wahai Rasulullah, bagaimana wanita berbuat dengan pakaiannya yang menjulur ke bawah ?”
Beliau bersabda : “Hendaklah mereka memanjangkan satu jengkal”,
lalu ia bertanya lagi : “Bagaimana bila masih terbuka kakinya ?”
Beliau menjawab : “Hendaknya menambah satu hasta, dan tidak boleh
lebih”. (HR. Tirmidzi 653 dan berkata : “Hadits hasan shahih”).
16. Dari Sa’ad radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa salam bersabda padanya : “Apapun yang engkau berikan berupa suatu
nafkah kepada keluargamu, maka engkau diberi pahala, hingga sampai
sesuap makanan yang engkau angkat (masukkan) ke mulut istrimu.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
17. Al-Hushain bin Mihshan rahimahullahu menceritakan bahwa bibinya
pernah datang ke tempat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam karena satu
keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya : “Apakah engkau sudah bersuami?”
Bibi Al-Hushain menjawab : “Sudah.”
“Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu ?” tanya Rasulullah lagi.
Ia menjawab : “Aku…tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.”
Rasulullah bersabda : “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu
dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu ” (HR. Ahmad
4/341 dan selainnya, lihat Ash-Shahihah no. 2612)
18. Di dalam kisah gerhana matahari yang mana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya
dengan shalat yang panjang, beliau melihat surga dan neraka. Ketika
beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya : “… Dan
aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini
sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita”.
Para shahabat pun bertanya : “Wahai Rasulullah, Mengapa (demikian) ?”
Beliau menjawab : “Karena kekufuran mereka.”
Kemudian mereka bertanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?”
Beliau menjawab : “Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka,
kufur (ingkar) terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat
baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang
kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya
dia akan berkata : Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada
dirimu.” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
19. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Ada dua
kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya : Suatu kaum
yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan
cambuknya, dan wanita yang kasiyat (berpakain tapi telanjang baik karena
tipis, atau pendek yang tidak menutup semua auratnya), Mailat mumilat
(bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang) kepala mereka
seperti punuk onta yang berpunuk dua. Mereka tidak masuk surga dan tidak
mendapatkan baunya padahal bau surga itu akan didapati dari sekian dan
sekian (perjalanan 500 tahun).” (HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam
Malik 1421)
20. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya
kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik dari pada menyentuh kaum
yang bukan sejenis yang tidak halal baginya.” (HR. At-Thabrani dan
Baihaqi)
21. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barang siapa
memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan
pakaian kehinaan dihari akhir nanti.” (HR. Abu Daud)
22. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya) :
“Wahai anakku Fatimah ! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung
rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di
dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat laki-laki yang bukan
mahramnya.” (HR. Bukhari & Muslim)
23. Dari Hamzah bin Abi Usaid al-Anshari, dari bapaknya, bahwa ia
telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepada
para wanita (saat itu beliau sambil keluar dari masjid, dan terlihat
laki-laki dan wanita berbaur di jalan) :
“Minggirlah kalian, karena tidak layak bagi kalian untuk berjalan di tengah. Kalian harus berjalan di pinggir.”
Sejak saat itu, ketika para wanita berjalan keluar, mereka berjalan
ditepi tembok. Bahkan baju-baju mereka sampai tertambat di tembok,
karena begitu dekatnya mereka dengan tembok ketika berjalan. (HR. Abu
Dawud; Hasan)
24. Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda (artinya) :
“Janganlah kalian melarang wanita-wanita kalian dari masjid-masjid, akan
tetapi rumah-rumah mereka adalah lebih baik untuk mereka.” (HR. Abu
Dawud dan Ibnu Khuzaimah; Shahih)
25. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam, beliau bersabda (artinya) :
“Sesungguhnya wanita adalah aurat. Sehingga ketika ia keluar rumah, ia
akan disambut oleh syaithan. Dan kondisi yang akan lebih mendekatkan
dirinya dengan Rabbnya adalah ketika ia berada di rumahnya.” (HR. Ibnu
Khuzaimah; Shahih)
26. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Akan ada di
akhir umatku kaum lelaki yang menunggang pelana seperti layaknya kaum
lelaki, mereka turun di depan pintu-pintu masjid, wanita-wanita mereka
berpakaian (tetapi) telanjang, di atas kepala mereka (terdapat sesuatu)
seperti punuk onta yang lemah gemulai. Laknatlah mereka ! sesungguhnya
mereka adalah wanita-wanita terlaknat.” (HR. Imam Ahmad (2/233) )
27. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Siapa saja
wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya
mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina
dan tiap-tiap mata ada zina.” (HR. An-Nasaii ibnu Khuzaimah & ibnu
Hibban)
28. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Rasulullah
melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikir
giginya.” (HR. At-Thabrani)
29. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku melihat
ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara
(orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan
kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari, no. 3069 dan
Muslim no.7114, dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)
30. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku berdiri
di depan pintu syurga, lalu (kulihat) kebanyakkan orang yang masuk
kedalamnya adalah orang orang miskin, dan orang orang yang kaya ditahan
kecuali penghuni neraka mereka disuruh untuk masuk ke neraka, dan aku
berdiri di depan pintu neraka maka (kulihat) kebanyakkan yang masuk
kedalamnya adalah wanita”. (HR. Muslim, no. 7113)
31. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya
penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim, no.
7118).
32. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Wanita mana
saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’i) maka
haram baginya wangi Surga.” (HR. Abu Daud, no. 2228, dan Ibnu Majah, no.
2055 Di shahihkan oleh syekh Al-Bani dalam “shahih sunan Abu Daud” (no.
1928).
33. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila
suami mengajak istri keranjangnya (untuk jima’) lalu ia tidak memenuhi
maka ia dilaknat oleh para malaikat sampai subuh”.
Dalam riwayat : “lalu ia tidur malam sedang suaminya murka maka para malaikat akan melaknatnya sampai subuh.”
Dalam riwayat lain : “Apabila istri diwaktu malam meninggalkan ranjang
suaminya, ia enggan mendatanginya, maka yang di langit (Allah) akan
murka kepadanya sampai ia minta keridhaan suaminya.
34. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Bershadaqahlah kalian ! Karena kebanyakan kalian adalah kayu bakarnya
Jahanam !”
Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita
lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya : “Mengapa
demikian, wahai Rasulullah ?”
Beliau menjawab : “Karena kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap suami !” (HR. Bukhari)
Ayy
Jumat, 29 Januari 2016
Rabu, 27 Januari 2016
Nasihat Usman bin Affan Kepada yang Ingin Menikah
MENIKAH
merupakan tuntunan agama, sunnah Nabi yang mulia, cara efektif menghindar dari
zina, juga di dalamnya terdapat kenikmatan yang tiada tara. Tentu bagi para
pemuda yang telah siap, menikah sangatlah dianjurkan. Apalagi mengingat zaman
sekarang penuh dengan berbagai macam fitnah yang melenakan.
Kanan kiri
banyak wanita yang gampang mengumbar aurat, tanpa mereka sadari itu adalah
perbuatan maksiat. Padahal dari rahim mereka kelak lahir para pembesar umat.
Dari didikannya pula lah yang diharapkan mampu mencetak generasi taat terhadap
nilai-nilai syariat.
Pernikahan memang
bukan hal yang sepele. Ada hal-hal tertentu yang mesti kita siapkan sebelum
menaiki tangga kebersamaan. Memang bukan hal yang juga mudah untuk
dilaksanakan, tapi bukan pula hal yang sulit kalau mau diniatkan. Semua pasti
ada jalan.
Niatkan
menikah karena Allah Ta’ala, insya Allah akan ada berkah di dalamnya. Jangan
hanya sekedar memilih yang cantik paras dan banyak hartanya. Ada yang lebih
penting dari pada itu semua, yakni faktor keturunan dan juga agamanya.
Amirul
mukminin Ustman bin Affan pernah berpesan kepada anak-anaknya, “wahai
anak-anakku, sesungguhnya orang yang hendak menikah itu bagaikan orang yang
hendak menyemai benih. Maka hendaklah ia memerhatikan dimana ia akan
menyemainya. Dan ingatlah bahwa (wanita yang berasal dari) keturunan yang buruk
jarang sekali melahirkan keturunan yang baik. Maka, pilih-pilihlah terlebih
dahulu meskipun sejenak.”
Jelaslah
bahwa bibit, bebet, bobot calon pasangan kita perlu juga diperhatikan, meskipun
sejenak. Karena dari pernikahan itu, kita semua mengharapkan adanya kebaikan.
Kebaikan dalam setiap sisi masing-masing pasangan.
Tentunya
pula dalam sebuah pernikahan kita menginginkan dikarunia-i putra/putri yang
baik perangainya, baik agamanya. Oleh karena itu sebelum menikah perhatikanlah
hal-hal yang menjadi hak anak kita kelak. Bukankah Rasulullah SAW pernah
mengatakan bahwa Hak anak terhadap orang tuanya ada tiga, dan salah satunya
adalah memilihkan calon ibu yang baik bagi anaknya kelak.
Semoga, ini
dapat dijadikan pelajaran bagi siapapun ketika hendak melangkah menuju jenjang
pernikahan.
Oleh:
Mustaqim Aziz
Malas Shalat, Mengapa?
SHALAT itu
telah menjadi kewajiban bagi setiap Muslim di muka bumi. Sesibuk apa pun diri
kita, shalat tetap harus dikerjakan. Mengapa? Di balik shalat terdapat suatu
nikmat yang akan dirasakan jika kita bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya.
Namun, ironisnya banyak sekali umat Muslim yang malas untuk melaksanakan
shalat. Mengapa demikian?
Orang-orang
yang malas shalat itu, mungkin mengira bahwa shalat hanya akan memakan waktu
yang mestinya digunakan untuk urusan dunia. Jika itu memang menjadi alasan bagi
mereka, maka perlu kita tanyakan padanya, “Dari mana Anda berangkat menilai
dalam menentukan harga waktu?”
Bila Anda
merasakan dalam melakukan shalat sebagai suatu pengorbanan waktu yang berharga,
Anda harus ingat bahwa waktu Anda untuk memperoleh rezeki juga harus
dikorbankan dengan mengeluarkan zakat. Pengorbanan kepada orang lain dengan
mengeluarkan zakat tersebut sebagai pengganti dalam penggunaan waktu untuk
bekerja dan berusaha.
Seperti
halnya shalat. Shalat itu tidak akan pernah menyita waktu Anda. Melainkan
Andalah yang mempersempit waktu tersebut. Tak akan mungkin kita terus menerus
dalam pekerjaan. Ada saatnya kita merasakan santai atau hanya untuk sekedar
beristirahat, menyegarkan kondisi tubuh.
Waktu-waktu
shalat itulah merupakan waktu-waktu yang amat strategis, atau tepat pada saat
waktu Anda beristirahat. Maka, tak ada alasan bagi Anda untuk malas dalam
melaksanakan shalat. Tahukah Anda, bahwa dengan shalat segala masalah yang
menganggu pikiran Anda akan sirna jika kita telah berinteraksi dengan Allah
SWT. Wallahu ‘alam. []
Al Qur'an & Kecerdasan
Ternyata Al-Qur’an dapat merangsang tingkat inteligensia (IQ) anak, yakni ketika bacaan ayat-ayat Kitab Suci itu diperdengarkan dekat mereka. Dr. Nurhayati dari Malaysia mengemukakan hasil penelitiannya tentang pengaruh bacaan Al-Qur’an dapat meningkatkan IQ bayi yang baru lahir dalam sebuah Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam sekitar tujuh tahun yang lalu.
Dikatakannya, bayi yang berusia 48 jam saja akan
langsung memperlihatkan reaksi wajah ceria dan sikap yang lebih tenang. Penulis
pun mempunyai seorang keponakan yang lahir tahun 2002. Entah ada kaitan dengan
dengan argumentasi di atas, yang jelas sebelum umurnya satu tahun, ia sering
baru bisa tidur bila di sampingnya diperdengarkan suara orang mengaji melalui
tape recorder.
Seperti diketahui, dengan mendengarkan musik, detak
jantung bayi menjadi teratur. Malah untuk orang dewasa akan menimbulkan rasa
cinta. Hanya arahnya tidak tentu. Sedangkan Al-Qur’an, selain itu, sekaligus
menimbulkan rasa cinta kepada Tuhan Maha Pencipta. Jadi, bila bacaan Al-Qur’an
diperdengarkan kepada bayi, akan merupakan bekal bagi masa depannya sebagai
Muslim, dunia maupun akhirat.
Dalam musik terkandung komposisi not balok secara
kompleks dan harmonis, yang secara psikologis merupakan jembatan otak kiri dan
otak kanan, yang output-nya berupa peningkatan daya tangkap/konsentrasi.
Ternyata Al-Qur’an pun demikian, malah lebih baik. Ketika diperdengarkan dengan
tepat dan benar, dalam artian sesuai tajwid dan makhraj, Al-Qur’an mampu
merangsang syaraf-syaraf otak pada anak..
Neuron (sel syaraf) pada otak bayi yang baru lahir itu
umumnya bak “disket kosong siap pakai”. Berarti, siap dianyam menjadi jalinan
akal melalui masukan berbagai fenomena dari kehidupannya. Pada gilirannya
terciptalah sirkuit dengan wawasan tertentu. Istilah populernya apalagi kalau
bukan “intelektual”. Sedangkan anyaman tersebut akan semakin mudah terbentuk
pada waktu dini..
Neuron yang telah teranyam di antaranya untuk mengatur
faktor yang menunjang kehidupan dasar seperti detak jantung dan bernapas.
Sementara neuron lain menanti untuk dianyam, sehingga bisa membantu anak
menerjemahkan dan bereaksi terhadap dunia luar.
Selama dua tahun pertama anak mengalami ledakan
terbesar dalam hal perkembangan otak dan hubungan antar sel (koneksi). Lalu
setahun kemudian otak mempunyai lebih dari 300 trilyun koneksi (links), suatu
kondisi yang susah terjadi pada usia dewasa, terlebih usia lanjut. Makanya para
pakar perkembangan anak menyebut usia balita sebagai 'golden age' bagi
perkembangan inteligensia anak..
Memang bila orangtua tidak memanfaatkan kesempatan ini
dengan jalan membantu dari belakang, maka tetap tidak akan mempengaruhi
kemampuan otak anak dalam menganyam neuron, karena kesempatan untuk memperkuat
koneksi otak terbuka luas selama masa anak-anak. Tetapi tentu akan semakin baik
bila orangtua pun ikut aktif membantu.
Otak telah tumbuh jauh sebelum bayi lahir. la telah
mulai bekerja yang hasilnya merupakan benih penginderaan berdasarkan prioritas.
Umumnya pendengaran lebih dulu. Jadi, selama masa itu penting sekali untuk
selalu menghadirkan lingkungan kondusif dan baik bagi perkembangan otaknya.
Hilangnya lingkungan ini hanya akan membuat otak menderita dan menganggur yang
gilirannya mempengaruhi tingkat kecerdasannya.
Dalam kaitan upaya meningkatkan pribadi Muslim,
seyogyanya bayi sudah diperdengarkan bacaan Al-Qur’an sejak dalam rahim. Jadi,
bila ada anjuran kepada ibu-ibu hamil untuk rajin membaca Al-Qur’an menjelang
bersalin, itu ada dasar ilmiahnya juga. Makin baik dan benar bacaan itu,
termasuk lagunya, makin baik hasilnya.
Tujuannya tentu saja bukan mengajak bayi memahami
substansi atau makna kandungan ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi memperkuat daya
tangkap/konsentrasi otak bayi. Sehingga akan semakin mudahlah ia menghafal
ayat-ayat Al-Qur’an beserta terjemahannya ketika sudah memasuki masa belajar.
Tidak benar semua agama sama, hanya 1 agama yang
benar..Al Qur'an menulis: "Barangsiapa mencari agama selain agama
Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia
di akhirat termasuk orang-orang yang rugi" (QS.3 Ali 'Imran:85)
Tidak sempurna iman seorang muslim sampai dia
menyayangi muslim lain seperti dirinya sendiri. Dan salah satu wujud sayang itu
ialah amar ma'ruf nahi munkar..
Keep Your Heart
Orang yang hatinya tertata dengan baik tak pernah merasa resah
gelisah, tak pernah bermuram durja, tak pernah gundah gulana. Kemana pun pergi
dan dimana pun berada, ia senantiasa mampu mengendalikan hatinya. Dirinya
senantiasa berada dalam kondisi damai dan mendamaikan, tenang dan menenangkan,
tenteram dan menenteramkan.
Hatinya bagai embun yang menggelayut di dedaunan di pagi hari, jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya tertambat bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan selalu ingat dan merindukan Zat yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah Azza wa Jalla.
Tentunya akan terjadi sebaliknya bagi orang berhati semrawut dan kusut masai. Ia bagaikan kamar mandi yang kumuh dan tidak terpelihara. Lantainya penuh dengan kotoran. Lubang WC-nya masih belepotan sisa kotoran. Dindingnya kotor dan kusam. Gayungnya bocor, kotor, dan berlendir. Pintunya tak berselot. Krannya susah diputar dan air pun sulit untuk mengalir.
Tak ada gantungan. Baunya membuat setiap orang yang menghampirinya menutup hidung. Sudah pasti setiap orang enggan memasukinya. Kalaupun ada yang sudi memasukinya, pastilah karena tak ada pilihan lain dan dalam keadaan yang sangat terdesak. Itu pun seraya menutup hidung dan menghindarkan pandangan sebisa-bisanya.
Begitu pun keadaannya dengan orang yang berhati kusam. Ia senantiasa tampak resah dan gelisah. Hatinya dikotori dengan buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain berbahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan.
Sungguh, orang yang berhati busuk seperti itu akan mendapatkan kerugian yang berlipat-lipat. Tidak saja hatinya yang selalu gelisah, namun juga orang lain yang melihatnya pun akan merasa jijik dan tidak akan menaruh hormat sedikit pun jua. Ia akan dicibir dan dilecehkan orang. Ia tidak akan disukai, sehingga sangat mungkin akan tersisih dari pergaulan. Terlepas siapa orangnya.
Adakah ia orang berilmu, berharta banyak, pejabat atau siapapun; kalau berhati busuk, niscaya akan mendapat celaan dari masyarakat yang mengenalnya. Derajatnya pun mungkin akan sama atau, bahkan, lebih hina dari pada apa yang dikeluarkan dari perutnya.
Bagi orang yang demikian, selain derajat kemuliannya, akan jatuh di hadapan manusia, juga di hadapan Allah. Ini dikarenakan hari-harinya selalu diwarnai dengan aneka perbuatan yang mengundang dosa.
Allah tidak akan pernah berlaku aniaya terhadap makhluk-makhluknya. Sesungguhnyalah apa yang didapatkan seseorang itu, tidak bisa tidak, merupakan buah dari apa yang diusahakannya.
Orang yang hatinya tertata rapih adalah orang yang telah berhasil merintis jalan ke arah kebaikan. Ia tidak akan tergoyahkan dengan aneka rayuan dunia yang tampak menggiurkan. Ia akan melangkah pada jalan yang lurus. Dititinya tahapan kebaikan itu hingga mencapai titik puncak.
Sementara itu ia akan berusaha sekuat-kuatnya untuk berusaha sekuat-kuatnya untuk memelihara dirinya dari sikap riya, ujub, dan perilaku rendah lainnya. Oleh karenanya, surga sebaik-baiknya tempat kembali, tentulah telah disediakan bagi kepulangannya ke yaumil akhir kelak. Bahkan ketika hidup di dunia yang singkat ini pun ia akan menikmati buah dari segala amal baiknya.
Dengan demikian, sungguh betapa beruntungnya orang yang senantiasa bersungguh-sungguh menata hatinya karena berarti ia telah menabung aneka kebaikan yang akan segera dipetik hasilnya dunia akhirat. Sebaliknya alangkah malangnya orang yang selama hidupnya lalai dan membiarkan hatinya kusut masai dan kotor. Karena, jangankan akhirat kelak, bahkan ketika hidup di dunia pun nyaris tidak akan pernah merasakan nikmatnya hidup tenteram, nyaman, dan lapang.
Mari sahabat, kita senantiasa melatih diri untuk menyingkirkan segala penyebab yang potensial bisa menimbulkan ketidaknyamanan di dalam hati ini. Karena, dengan hati yang nyaman, indah, dan lapang, niscaya akan membuat hidup ini terasa damai.
Beragamnya masalah yang berseliweran,…. semoga saja tidak akan pernah membuat kita terjebak dalam kesulitan hidup karena kita selalu mampu menemukan jalan keluar terbaik, dengan izin Allah. Insya Allah.
Hatinya bagai embun yang menggelayut di dedaunan di pagi hari, jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya tertambat bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan selalu ingat dan merindukan Zat yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah Azza wa Jalla.
Tentunya akan terjadi sebaliknya bagi orang berhati semrawut dan kusut masai. Ia bagaikan kamar mandi yang kumuh dan tidak terpelihara. Lantainya penuh dengan kotoran. Lubang WC-nya masih belepotan sisa kotoran. Dindingnya kotor dan kusam. Gayungnya bocor, kotor, dan berlendir. Pintunya tak berselot. Krannya susah diputar dan air pun sulit untuk mengalir.
Tak ada gantungan. Baunya membuat setiap orang yang menghampirinya menutup hidung. Sudah pasti setiap orang enggan memasukinya. Kalaupun ada yang sudi memasukinya, pastilah karena tak ada pilihan lain dan dalam keadaan yang sangat terdesak. Itu pun seraya menutup hidung dan menghindarkan pandangan sebisa-bisanya.
Begitu pun keadaannya dengan orang yang berhati kusam. Ia senantiasa tampak resah dan gelisah. Hatinya dikotori dengan buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain berbahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan.
Sungguh, orang yang berhati busuk seperti itu akan mendapatkan kerugian yang berlipat-lipat. Tidak saja hatinya yang selalu gelisah, namun juga orang lain yang melihatnya pun akan merasa jijik dan tidak akan menaruh hormat sedikit pun jua. Ia akan dicibir dan dilecehkan orang. Ia tidak akan disukai, sehingga sangat mungkin akan tersisih dari pergaulan. Terlepas siapa orangnya.
Adakah ia orang berilmu, berharta banyak, pejabat atau siapapun; kalau berhati busuk, niscaya akan mendapat celaan dari masyarakat yang mengenalnya. Derajatnya pun mungkin akan sama atau, bahkan, lebih hina dari pada apa yang dikeluarkan dari perutnya.
Bagi orang yang demikian, selain derajat kemuliannya, akan jatuh di hadapan manusia, juga di hadapan Allah. Ini dikarenakan hari-harinya selalu diwarnai dengan aneka perbuatan yang mengundang dosa.
Allah tidak akan pernah berlaku aniaya terhadap makhluk-makhluknya. Sesungguhnyalah apa yang didapatkan seseorang itu, tidak bisa tidak, merupakan buah dari apa yang diusahakannya.
Orang yang hatinya tertata rapih adalah orang yang telah berhasil merintis jalan ke arah kebaikan. Ia tidak akan tergoyahkan dengan aneka rayuan dunia yang tampak menggiurkan. Ia akan melangkah pada jalan yang lurus. Dititinya tahapan kebaikan itu hingga mencapai titik puncak.
Sementara itu ia akan berusaha sekuat-kuatnya untuk berusaha sekuat-kuatnya untuk memelihara dirinya dari sikap riya, ujub, dan perilaku rendah lainnya. Oleh karenanya, surga sebaik-baiknya tempat kembali, tentulah telah disediakan bagi kepulangannya ke yaumil akhir kelak. Bahkan ketika hidup di dunia yang singkat ini pun ia akan menikmati buah dari segala amal baiknya.
Dengan demikian, sungguh betapa beruntungnya orang yang senantiasa bersungguh-sungguh menata hatinya karena berarti ia telah menabung aneka kebaikan yang akan segera dipetik hasilnya dunia akhirat. Sebaliknya alangkah malangnya orang yang selama hidupnya lalai dan membiarkan hatinya kusut masai dan kotor. Karena, jangankan akhirat kelak, bahkan ketika hidup di dunia pun nyaris tidak akan pernah merasakan nikmatnya hidup tenteram, nyaman, dan lapang.
Mari sahabat, kita senantiasa melatih diri untuk menyingkirkan segala penyebab yang potensial bisa menimbulkan ketidaknyamanan di dalam hati ini. Karena, dengan hati yang nyaman, indah, dan lapang, niscaya akan membuat hidup ini terasa damai.
Beragamnya masalah yang berseliweran,…. semoga saja tidak akan pernah membuat kita terjebak dalam kesulitan hidup karena kita selalu mampu menemukan jalan keluar terbaik, dengan izin Allah. Insya Allah.
Langganan:
Postingan (Atom)