Ayy
Kamis, 26 November 2015
Lagu Mars Asuhan Persalinan Normal
Lagu Mars Asuhan Persalinan Normal
Dalam membantu persalinan normal, langkah-langkah yang dilakukan harus tepat dan cermat. Pada APN terbaru tahun 2008 ada 58 langkah yang dilakukan, dari mulai tanda gejala kala dua sampai dengan kala empat. Untuk lebih mudah menghapalnya maka dibuat lagu mars-nya yang disebut "MARS APN". so..ini dia mars-nya dinyanyikan dengan irama lagu : Bangun tidur..:D
MARS APN 58 Langkah
-------------------------------------
Tanda Gejala kala Dua
(Dor-an, tek-nus, per-jol,vul-ka)
*dorongan meneran, tekanan anus, perineum
menonjol, vulva buka
Siapkan alat siapkan diri
(celemek, cuci, sarung, oksi)
*kelengkapan alat : obat esensial u/ komplikasi ibu
dan bayi, meja asfiksia, oksi, dll
*kelengkapan diri : pakai celemek, cuci tangan, pakai
sarung DTT untuk PD,
masukkan oksi ke spluit
masukkan oksi ke spluit
(bersih,PD,celup,DJJ)
*bersihkan Vulva dan perineum dengan hati2 dari depan
ke belakang dengan kapas DTT
*periksa dalam untuk pastikan pembukaan lengkap
(amniotomi bila perlu)
*celup sarung tangan dengan klorin 0,5% cuci kedua
tangan
*periksa DJJ janin
Siap ibu dan keluarga
(beritahu ibu bapak)
*beritahu pembukaan sudah lengkap, siapkan ibu untuk
meneran yang baik
*Jelaskan pada keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung si ibu
Bimbinglah ibu tuk meneran
(2,3,1 langkah)
*2 langkah jika his (+) maka pimpin dan puji ibu
*3langkah jika his (-) maka ibu istirahat, beri minum,
dan hitung DJJ
*1 langkah yaitu posisikan ibu yang nyaman saat his
dan tidak his
Siap siap untuk menolong
(handuk, bokong, buka sarung)
*letakkan handuk di perut ibu jika bayi sudah mau lahir dan kain
di 1/3 bawah bokong ibu
*buka partus set dan cek kelengkapan alat, pakai
sarung tangan DTT
Tolong kepala bahu badan
(3,1,2 langkah)
*kepala 3 langkah, lindungi perineum ibu dan
tahan posisi defleksi, cek lilitan tali pusat, tunggu putaran paksi luar
*bahu 1 langkah pegang secara biparietal
badan 2 langkah lakukan sanggah dan susur
Penanganan bayi baru lahir
(2,3,2,2 langkah)
*2 langkah nilai bayi selintas (tangis, nafas, gerakan) dan keringkan bayi
* 3 langkah cek fundus(pastikan janin tunggal), beritahu ibu akan disuntik oksi, suntikan oksi 10 UI
*2 langkah Jepit tali pusat 2 tempat 3cm dari pusar bayi dan 2 cm distalnya, potong dan ikat tali pusat
*2 langkah Kontak kulit antara ibu dan bayi letakkan bayi tengkurap di perut ibu, kepala bayi diantara payudara ibu, dengan posisi lebih rendah dari puting ibu, lalu selimuti ibu
Manajemen aktif kala III
(ini materi utama)
Oksi PTT Plasenta Masase
(3,2,1 langkah)
*Penegangan tali pusat terkendal dan dorongan dorsokranial hingga plasenta lepas, jika tali pusat bertambah panjang pindahkan tali pusat 5cm di depan vulva
*lahirkan plasenta bila sudah muncul di introitus vagina dengan cara ditarik dan diputar secara searah
*Masase agar uterus kontraksi
Perdarahan Segera periksa
(plasenta dan robekan)
Pasca tindakan tujuh belas
(4, eval, aman, bersih, parto)
* 4 nilai kontraksi, biarkan bayi diatas perut ibu 1 jam, timbang tetes mata, vit K, Imunisasi Hep B
*Evaluasi untuk kontraksi, ajarkan masase, periksa tensi nadi, nilai nafas dan suhu
*aman dan bersih bersihkan ibu lalu bereskan alat, sekontaminasi, celup, cuci
*Lengkapi partograf
*2 langkah nilai bayi selintas (tangis, nafas, gerakan) dan keringkan bayi
* 3 langkah cek fundus(pastikan janin tunggal), beritahu ibu akan disuntik oksi, suntikan oksi 10 UI
*2 langkah Jepit tali pusat 2 tempat 3cm dari pusar bayi dan 2 cm distalnya, potong dan ikat tali pusat
*2 langkah Kontak kulit antara ibu dan bayi letakkan bayi tengkurap di perut ibu, kepala bayi diantara payudara ibu, dengan posisi lebih rendah dari puting ibu, lalu selimuti ibu
Manajemen aktif kala III
(ini materi utama)
Oksi PTT Plasenta Masase
(3,2,1 langkah)
*Penegangan tali pusat terkendal dan dorongan dorsokranial hingga plasenta lepas, jika tali pusat bertambah panjang pindahkan tali pusat 5cm di depan vulva
*lahirkan plasenta bila sudah muncul di introitus vagina dengan cara ditarik dan diputar secara searah
*Masase agar uterus kontraksi
Perdarahan Segera periksa
(plasenta dan robekan)
Pasca tindakan tujuh belas
(4, eval, aman, bersih, parto)
* 4 nilai kontraksi, biarkan bayi diatas perut ibu 1 jam, timbang tetes mata, vit K, Imunisasi Hep B
*Evaluasi untuk kontraksi, ajarkan masase, periksa tensi nadi, nilai nafas dan suhu
*aman dan bersih bersihkan ibu lalu bereskan alat, sekontaminasi, celup, cuci
*Lengkapi partograf
ASKEB V (KEBIDANAN KOMUNITAS)
Puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan
rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan segala
keterbatasan. Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, yang merupakan salah satu mata kuliah dalam Program studi D -IV KEBIDANAN.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akan tetapi, dalam
makalah ini terdapat kekurangan untuk itu dengan sangat kami senantiasa
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, kami berharap
para pembaca dapat memanfaatkan makalah ini, baik bagi kepentingan-kepentingan
praktis di dalam kelas maupun untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita sering menghadapi berbagai macam masalah, namun kita sering kurang tau
masalah yang seharusnya menjadi prioritas utama dan harus segera diselesaikan.
Sebelum kita mencari pemecahan dari suatu masalah, kita harus mencari penyebab
utama serta penyebab lain dari masalah sehingga dapat menyusun rencana kegiatan
yang lebih spesifik dan mampu menyelesaikan masalah.
Menetapkan
prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini merupakan
tugas yang penting dan semakin sulit. Manager
kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan
sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas secara
adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang
penting.
Dalam dunia keperawatan dikenal proses keperawatan ,
langkah ketiga dari proses keperawatan
adalah rencana ( intervensi ) keperawatan.intervensi diidentifikasi
untuk memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien .intervensi mempunyai maksud
mengindividualkan perawatan dengan memenuhi kebutuhan spesifik pasien serta
harus menyertakan kekeuatan – kekuatan pasien yang telah diidentifikasi bila
memungkinkan .
B. TUJUAN
Pembuatan makalah ini bertujuan :
1. Mahasiswa dapat
memahami pengertian rencana intervensi
2. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah
3. Mahasiswa mampu membuat langkah – langkah perencanaan
4. Mahasiswa dapat
memahami intervensi keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERENCANAAN /
INTERVENSI
Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan
dari pasien dan / atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan /
intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil pasien
yang diharapkan dan tujuan pemulangan .harapannya adalah bahwa perilaku yang dipreskripsikan akan
menguntungkan pasien dan keluarga dalam cara yang dapat diprediksi , yang
berhubungan dengan masalah yang diidentifikasidan tujuan yang
telah dipilih .intervensi ini bermaksud mengindividualkan perawatan dengan
memenuhi kebutuhan spesifik pasien serta harus menyertakan kekuatan- kekuatan pasien yang telah diidentifikasi
bila memungkinkan .
Berikut merupakan berbagai
metode yang dapat digunakan:
1. METODE
HANLON
Metode yang
dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah
kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka,
sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini,
yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian Prioritas
(BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and Practice
(Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health
Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers).
Metode ini memiliki tiga
tujuan utama:
* Memungkinkan para pengambil
keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksplisit yang harus
diperhatikan dalam menentukan prioritas
* Untuk mengorganisasi
faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot relatif satu sama lain
* Memungkinkan faktor-faktor
agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara individual.
Formula
Dasar Penilaian Prioritas
Berdasarkan
tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam mengidentifikasi
masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi kelihatan
jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini.
Komponen A= Ukuran/Besarnya masalah
KomponenB = Tingkat keseriusan masalah
Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi
Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability, resource availability, legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima, ketersediaan sumber daya, dan legalitas)
KomponenB = Tingkat keseriusan masalah
Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi
Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability, resource availability, legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima, ketersediaan sumber daya, dan legalitas)
Semua
komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik
yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan skor
tertinggi.
Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority Rating (BPR)> BPR =
(A + B) C / 3
Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D
Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D (PEARL) dijelaskan.
Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D
Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D (PEARL) dijelaskan.
Penting
untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan berbagai proses
seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan, definisi, dan
bobot relatif yang ditetapkan pada komponen merupakan keputusan kelompok dan
bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari
masing-masing individu pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah
dapat dicapai dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai
dengan data statistik dan akurat.
Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah
Komponen ini adalah salah satu
yang faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada
persentase dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah
tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka.
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara.
Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko
dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko
pada umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat dipertimbangkan
secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau
dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut
dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga
dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan.
Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa
ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok.
Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah
Kelompok harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tingkat keseriusan
dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar
tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa
masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena
kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain. Maksimum skor
pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan bobotnya dan
ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan
dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah:
* Urgensi: sifat alami dari
kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko;
kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang
diperlukan.
* Tingkat keparahan: tingkat
daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka
kematian prematur relatif.
* Kerugian ekonomi: untuk
masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk masing-masing individu.
Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai skala seperti:
0 = tidak ada
1 = beberapa
2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
3 = paling
1 = beberapa
2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
3 = paling
Misalnya, jika kematian
prematur sedang digunakan untuk menentukan keparahan, kemudian kematian bayi
mungkin akan menjadi 5 dan gonorea akan menjadi 0.
Komponen C - Efektivitas dari Intervensi
Komponen ini harus dianggap
sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor
tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin
merupakan komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data
yang tersedia dari penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh mana
tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini.
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.
Sebuah keuntungan dengan
mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang diharapkan adalah akan
didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan
dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.
Komponen D – PEARL
PEARL yang merupakan kelompok
faktor itu, walaupun tidak secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan,
memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat
diatasi.
P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup
keseluruhan misi kita?
E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan menangani
masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara ekonomis? Apakah ada
konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak diatasi?
A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target
populasi?
R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi
masalah?
L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk
diatasi?
Masing-masing faktor
kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor PEARL adalah 1 jika
jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah
"tidak." Bila penilaian skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka
dikalikan untuk mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama,
faktor-faktor ini merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah.
Singkatnya, jika salah satu dari lima faktor yang "tidak", maka D
akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali akhir dalam rumus , maka jika D =
0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi dalam OPR, terlepas dari
seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun demikian, bagian dari
upaya perencanaan total mungkin termasuk melakukan langkah-langkah lanjut yang
diperlukan untuk mengatasi PEARL secara positif di masa mendatang. Misalnya,
jika intervensi tersebut hanya tidak dapat diterima penduduk, dapat diambil
langkah-langkah bertahap untuk mendidik masyarakat mengenai manfaat potensial
dari intervensi, sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang.
2. FISHBONE
DIAGRAM
Dr. Kaoru
Ishikawa seorang ilmuwan Jepang,
merupakan tokoh kualitas yang telah memperkenalkan user friendly control, Fishbone cause and effect diagram, emphasised the ‘internal customer’
kepada dunia. Ishikawa juga yang pertama memperkenalkan 7 (seven) quality tools: control chart, run chart, histogram, scatter diagram,
pareto chart, and flowchart yang sering juga disebut dengan “7 alat
pengendali mutu/kualitas” (quality
control seven tools).
Diagram Fishbone
dari Ishikawa menjadi satu tool
yang sangat populer dan dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi
faktor penyebab problem/masalah. Alasannya sederhana. Fishbone diagram
tergolong praktis, dan memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan
penyebab utama suatu permasalahan. Diagram “tulang ikan” ini dikenal dengan cause and effect diagram. Kenapa
Diagram Ishikawa juga disebut dengan “tulang ikan”?…..ya memang kalau
diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan
ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect)
dan bagian tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai
penyebab (cause) suatu
permasalahan yang timbul.
Terlihat
bahwa faktor penyebab problem antara lain (kemungkinan) terdiri dari :
material/bahan baku, mesin, manusia dan metode/cara. Semua yang berhubungan dengan material, mesin, manusia, dan metode yang
“saat ini” dituliskan dan dianalisa faktor mana yang terindikasi “menyimpang”
dan berpotensi terjadi problem. Ingat,..ketika sudah ditemukan satu atau
beberapa “penyebab” jangan puas sampai di situ, karena ada kemungkinan masih
ada akar penyebab di dalamnya yang “tersembunyi”. Ishikawa mengajarkan kita
untuk melihat “ke dalam” dengan bertanya “mengapa?……mengapa?…dan mengapa?”. Hanya
dengan bertanya “mengapa” beberapa kali kita mampu menemukan akar permasalahan
yang sesungguhnya. Penyebab sesungguhnya, bukan gejala.
Dengan
menerapkan diagram Fishbone ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar
“penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya
terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya
permasalahan. Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti,
maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram
ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat
semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.
Kaoru
Ishikawa, ilmuwan yang banyak menyumbangkan pemikiran di bidang manajemen
kualitas ini lahir pada tahun 1915 di Tokyo, Jepang. Alumni teknik kimia
Universitas Tokyo ini ingin merubah konsep pemikiran manusia tentang bekerja.
Ishikawa mengurai secara rinci prinsip plan-do-check-act
1.
Plan-P
>> Tentukan gol dan
target
>> Tentukan cara/metode
mencapai gol
2.
Do-D
>> Terlibat dalam
pendidikan dan pelatihan
>> Implementasi pekerjaan
3.
Check-C
>> Cek akibat dari implementasi
4.
Act-A
>> Mengambil tindakan
yang sesuai
Cara
Menggunakan Diagram Fishbone
Ishikawa san telah menciptakan ide cemerlang
yang dapat membantu dan memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan
menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kumpulkanlah beberapa
orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang
terjadi. Semua anggota tim memberikan
pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa
masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan
memberikan pendapat dan pandangan setiap individu.
Penggunaan
Melakukan identifikasi penyebab masalah;
Mengkatagorikan berbagai sebab potensial suatu masalah dengan cara yang
sistematik;
Mencari akar penyebab masalah;
Menjelaskan hubungan sebab akibat suatu masalah.
Pedoman Pelaksanaan
Identifikasi semua penyebab
yang relevan berdasarkan fakta dan data;
Karakteristik yang diamati
benar-benar nyata berdasarkan fakta, dapat diukur atau diupayakan dapat diukur;
Dalam diagram tulang ikan,
faktor-faktor yang terkendali sedapat mungkin seimbang peranan atau bobotnya;
Faktor penyebab yang ditemukan
adalah yang mungkin dapatdiperbaiki, bukan yang tidak mungkin diperbaiki
ataudiselesaikan;
Dalam menyelesaikan fakta
dimulai pada tulang yang kecil,selanjutnya akan memperbaiki faktor tulang besar
yang akanmenyelesaikan masalah;
Perlu dicatat masukan yang
diperoleh selama pertemuan dalam pembuatan diagram tulang ikan.
Fishbone Diagram sering juga
disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana dalam menerapkan diagram ini
mengandung langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan
sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Kelebihan diagram tulang ikan
Lebih terstruktur;
Mengkatagorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dengan cara
yang sistematik;
Mengajarkan pada tim dan individu mengenai proses serta prosedur yang
berlaku atau yang baru.
Kekurangan diagram tulang ikan
tulang ikan belum menggambarkan sebab yang sebenarnya (paling mungkin)
harus didukung data.
3.
POHON MASALAH
I.
ANALISA MASALAH DENGAN TEHNIK POHON MASALAH
Secara visual
menggambarkan hubungan ‘sebab-akibat’ dari masalah yang ada sekarang. Gunakan
kartu metaplan.
Cara menggunakan kartu metaplan:
a) Identifikasi hanya masalah yang ada, jangan yang bersifat teoritis
b) Hanya satu masalah per kartu
c) Masalah harus ditulis dengan gaya negative
b) Hanya satu masalah per kartu
c) Masalah harus ditulis dengan gaya negative
d) Masalah bukan tidak adanya jawaban melainkan keadaan yang negative. Oleh
karena itu hindarkan penggunaan kalimat seperti “kurangnya ini” atau “tidak
ada”
Kekurangan pohon masalah
membutuhkan waktu yang banyak dan jika masalah semakin kompleks akan
lebihsulit dalam menentukan penyebab utama masalah
Proses pelaksanaan pohon
masalah
Membuat kerangka pohon masalah;
Menentukan masalah yang akan dianalisis;
Menuliskan masalah dan menempatkan dalam kotak paling atas pada diagram;
Mengidentifikasi penyebab dari masalah yang telah ditentukan melalui FGD
ataubrainst orm ing;
Dengan cara yang sama seperti
langkah 4, dilakukananalisis penyebab masalah sampai tidak terjawabpertanyaan,
apa yang menjadi penyebab tersebut
melalui proses FGD maupun
brainstorming
1. MEMILIH MASALAH INTI
2. BUAT POHON MASALAH
II.
MENCARI BEBERAPA STRATEGI UTAMA PROYEK DARI POHON
MASALAH
a)Iidentifikasi beberapa
kelompok cabang sebab akibat yang mengarah ketengah. Lingkari kelompok
tersebut. Satu cabang atau gabungan cabang-cabang bisa dijadikan strategi
proyek.
b) Kalau cabang-cabang diambil
sebagai pendekatan proyek maka daun-daunnya adalah komponen-komponen proyek.
c) Teliti kembali hasil
analisa stakeholder untuk menentukan siapa yang akan terpengaruh dan terlibat
dalam penggabungan cabang-cabang tersebut.
d) Rumuskan beberapa
alternatif strategi utama proyek dalam bentuk hasil dengan mengganti kalimat
yang negatif dipohon masalah dengan yang positif.
III.
MEMBUAT POHON HASIL SEBAGAI LOGIKA PROYEK
Dari
strategi utama yang telah dirumuskan, bangun logika Pohon Hasil atau Logika
Proyek. yang menjelaskan cara un tuk memecahkan masalah dan efek dari
pemecahan. Pohon HASIL mengidentifikasi “kondisi yang diinginkan” setelah
masalah dipecahkan, dan menjadi landasan untuk pemeriksaan pendekatan yang
digunakan untuk meningkatkan keadaan.
a) Gantilah kata-kata hubungan
‘sebab-akibat’ yang bersifat negative dari pohon masalah menjadi hubungan
‘cara-hasil yang bersifat positif, “kondisi yang diinginkan di masa depan”
(hasil) dapat dicapai.
b) Telitilah semua hasil dan
hubungannya agar masuk akal dan layak, kalau diperlukan sesuaikanlah analisis
hasil.Adanya penambahan ”sopir disiplin dan tepat waktu”
c) Periksa diagaram secara
menyeluruh dan pertajamlah agar mendapatkan kesempurnaan analisis.
d) Bila pernyataan dalam kartu
tidak dapat diubah menjadi pernyataan positif, periksalah kembali pohon
masalahnya yang dicoba digambarkan oleh kartu itu. Juga, jika “keadaan yang
diinginkan (hasil) “ sangat tidak masuk akal, atau tidak logis, logika
sebab-akibat harus diperiksa kembali. Struktur Pohon Hasil mungkin berbeda
dengan Pohon masalah.
Bagaimana Cara memilih satu
atau dua dari strategi utama.
1. Nilailah setiap strategi utama
proyek tersebut dengan menggunakan
kriteria-kriteria berikut ini.
• Secara realistis dapat
dilakukan. Tidak terlalu banyak hambatan, baik dalam staffing, secara politis,
maupun potensi resistenskomunitas dampingan, situasi kedaan dilokasi misalanya
keadaan darurat.
• Memiliki kontribusi terhadap
kebijakan-kebijakan penting di sektor ybs, misalnya: kontribusi mengatasi
kemiskinan, menjaga kelestarian hutan
• Secara teknis feasible untuk
mencapainya dalam kurun waktu Program
• Mengarah pada keberlanjutan
hasil/dampak dan berkontribusi pada peningkatan kapasitas
• Tidak terlalu mahal
• Manfaat yang besar bagi
kelompok sasaran – laki-perempuan, tua-muda, kelompok minoritas, kelompok
cacat.
• Pengalaman kesuksesan di proyek
sejenis sebelumnya.
• Kemungkinancomplementary
(saling mendukung) dengan proyek-proyek lain yang dilakukan oleh
kelompok/organisasi lain.
• Kesesuaian tingkat teknologi
dalam hubungannya dengan keberlanjutan
• Kelayakan biaya dan tenaga.
• Kemungkinan kesinambungan
/perkembangan kegiatan dan dampak setelah proyek selesai.
• Dampak lingkungan, biaya vs.
manfaat Berapa orang yang tercakup dalam proyek
4.
BRAINSTORMING (Curah pendapat)
Suatu teknik
yang efektif untuk membantu melakukan identifikasi masalah,
menentukan penyebab masalah danmencari cara pemecahan masalah,
merupakan metoda yang digunakan untukmenggali ide atau pemikiran baru yang
secara efektif melibatkan seluruh anggota kelompok.
menentukan penyebab masalah danmencari cara pemecahan masalah,
merupakan metoda yang digunakan untukmenggali ide atau pemikiran baru yang
secara efektif melibatkan seluruh anggota kelompok.
Kelebihan metoda
brainstorming:
Mendapatkan masalah, penyebab masalah dan cara pemecahan masalah
dengan cepat;
Merupakan data primer karena sumber data dapat langsung diperoleh;
Dapat digunakan bila tidak mempunyai data sekunder;
Menghasilkan ide atau pemikiran baru yang kreatif dan inovatif dengan
cepat
Kekurangan MetodaBrainstorming
tidak dapat digunakan pada
sampel atau peserta yang besar serta terjadi dan risiko terjadinya
subyektivitas sangat besar bilatidak ditunjang dengan data-data yang ada.
Manfaat
Dapat digunakan secara
efektif untuk memperoleh ideuntuk menentukan masalah, identifikasi
masalah,memilih prioritas masalah serta mengajukan alternatifpemecahan masalah;
Untuk memperoleh ide atau
pemikiran baru darisekelompok orang dalam waktu singkat denganmenggunakan dua
kemampuan (kreatif dan intuitif);
Memberikan kesempatan kepada
semua anggotakelompok untuk memberikan konstribusi danketerlibatan dalam
memecahkan masalah.
5. METODE
DELPHI
Metode Delphi adalah cara mendapatkan
informasi, membuat keputusan, menentukan indikator, parameter dan lain-lain
yang reliabel dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari orang-orang yang
ahli di bidangnya, yaitu dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh ekpertis atau
praktisi yang kompeten di bidang yang akan diteliti, kemudian hasil kuesioner
ini direview oleh pihak fasilitator atau peneliti untuk dibuat summary, dikelompok-kelompokkan,
diklasifikasikan dan kemudian dikembalikan pada ekspertis dan praktisi yang sama
untuk direview, direvisi dan
begitu seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang.
Delphin Technique Yaitu penetapan prioritas
masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama
keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus.
Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa
masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah
yang dicari.
Dengan
metode seperti ini, partisipan yang meliputi ekspertis dan praktisi dapat
memberikan pendapat dan opini dengan bebas dan objektif, tanpa takut
disalahkan, bahkan dapat merevisi pendapat mereka yang sebelumnya. Sehingga
hasil diskusi yang diperoleh dapat bersifat sereliabel mungkin.
langkah-langkah metode Delphi
dalam 9 langkah mudah :
ü Tentukan
periode waktU
ü Tentukan
jumlah putaran pengambilan pendapaT
ü Tentukan
apa saja yang akan didefine
ü Tentukan
ahlinya
ü Tentukan
input apa yang akan diharapkan dari mereka
ü Review
literatur oleh para ahli tersebut (kriteria dan tujuan)
ü Pelaksanaan
sesi diskusi dan feedback
iteratif bersama ekspertis
ü Perumusan
hasil dari sesi diskusi dengan pengelompokan, pengkategorian, ataupun pemeringkatan
ü Menyepakati
hasil diskusi dan feedback
Nama Metode
Delphi memang sophisticated (udah bayangin bahasa pemrograman aja), tapi
sebenernya ide metode ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Yang berbeda, mungkin
media yang digunakan. Pengambilan input, review, diskusi dan sebagainya dapat
dilakukan dengan pertemuan tatap muka, via telepon, e-mail, sampai dengan
e-meeting.
6. DELBECH
TEHNIK
Delbech Technique Penetapan prioritas masalah
dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama keahliannya.
Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian
dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta.
7. CARA
BRYANT DAN EKONOMETRIK
Cara Bryant
Cara ini telah dipergunakan di beberapa negara yaitu di Afrika dan Thailand.
Cara ini menggunakan 4 macam kriteria, yaitu: Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap
masalah tersebut pentingb. Prevalensi,
yakni berapa banyak penduduk yang terkena penyakit tersebutc. Seriousness, yakni sejauh mana dampak
yang ditimbulkakn penyakit tersebutd. Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk
mengatasinya. Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi
scoring, kemudian masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini
dibandingkan antara masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi,
akan mendapat prioritas yang Tinggi pula.
Cara
Ekonometrik cara ini dipergunakan di Amerika Latin. Kriteria yang dipakai
adalah: Magnitude (M), yakni
kriteria yang menunjukkan besarnya masalah. Importance (I), yakni ditentukan oleh jenis kelompok penduduk
yang terkena masalah. Vulnerability
(V), yaitu ada tidaknya metode atau cara penanggulangan yang efektif. Cost (C), yaitu biaya yang diperlukan
untuk penanggulangan masalah tersebut. Hubungan keempat kriteria dalam
menentukan prioritas masalah (P) adalah sebagai berikut: P = M . I . V
C. LANGKAH-LANGKAH
PERENCANAAN
Untuk
mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka ada beberapa komponen yang
perlu diperhatikan :
1. Menentukan Prioritas Masalah.
Dalam
menentukan perencanaan perlu menyusun suatu “sistem” untuk
menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama kali.
Salah satu sistem yang bias digunakan
adalah hirarki “kebutuhan manusia”.
Secara
realistis perawat tidak dapat mengharapkan dapat menyelesaikan semua
diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif yang terjadi kepada sebagian klien
sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Dengan mengidentifikasi prioritas kelompok
diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif, perawat dapat memprioritaskan
peralatan yang diperlukan.
Menurut
Carpenito (2000) ada perbedaan antara prioritas diagnosa dan diagnosa yang
penting.
a. Prioritas diagnosa adalah
diagnosa keperawatan jika tidak diatasi saat ini akan berdampak buruk terhadap
keaadaan fungsi status kesehatan klien
b. Diagnosa yang penting adalah
diagnosa keperawatan dimana intervensi dapat ditunda untuk beberapa saat tanpa
berdampak terhadap status fungsi kesehatan klien
Ada 2
contoh hirarki yang bisa digunakan untuk menentukan prioritas perencanaan :
a.
Hirarki “Maslow”
Maslow
(1943) menjelaskan kebutuhan manusia ada 5 tahap
1.fisiologis
2. rasa
aman dan nyaman
3. social
4. harga
diri
5. aktualisasi
diri
b .
Hirarki “Kalish”
Kalish (1983) lebih jauh menjelaskan kebutuhan Maslow
dengan membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk “bertahan dan
stimulasi” kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk mempertahankan hidup; udara, air,
temperature, eliminasi, istirahat, dan menghindari nyeri.
2. Menuliskan kriteria hasil (outcomes)
Tujuan klien dan tujuan keperawatan adalah
standar atau ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau
keterampilan perawat.
3. Pedoman Penulisan Kriteria Hasil (outcomes):
1) Berfokus pada klien
S = Spesifik (Tujuan harus spesifik dan
tidak menimbulkan arti ganda)
M = Measurable (Tujuan keperawatan harus dapat
diukur, khususnya tentang perilaku klien: dapat dilihat, didengar,
diraba, dirasakan, dan dibau).
A = Achievable (Tujuan harus dapat dicapai)
R = Reasonable (Tujuan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah)
T = Time (Tujuan keperawatan).
2) Singkat dan Jelas
Dengan
menggunakan kata-kata singkat dan jelas pada criteria hasil, maka akan
mempermudahkan perawat untuk mengidentifikasikan tujuan dan rencana
tindakan. Oleh karena itu dalam menuliskan criteria hasil perlu membatasi
kata-kata “klien akan” pada
awal kalimat.
3) Dapat diobservasi dan
diukur
Outcomes
yang dapat diobservasidan diukur meliputi pertanyaan “apa”
dan “sejauh mana”. Measurable (dapat diukur) adalah suatu kata kerja
yang menjelaskan prilaku klien atau keluarga yang anda harapkan akan terjadi
jika tujuan telah tercapai.Menurut Carpenito : kata kerja yang tidak dapat di
ukur melalui
penglihatan dan suara.
4) Ada batas waktunya
Komponen waktu dibagi lagi menjadi 2:
1) Jangka panjang: suatu tujuan yang
diharapkan dapat dicapai dalam jangka waktu lama, biasanya lebih dari 1 minggu
atau 1 bulan.
2) Jangka pendek: suatu tujuan yang
diharapkan biasa tercapai dalam waktu yang singkat, biasanya kurang dari 1
minggu.
5) Realistis
Kriteria
hasil harus biasa dicapai sesuai dengan sarana dan prasarana yang
tersedia, meliputi: biaya, peralatan, fasilitas, tingakt pengetahuan, affek
emosi dan kondisi fisik. Kelebihan dan kekurangan staf perawat harus
menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penysunan outcomes.
6) Ditentukan oleh perawat dan klien
Selama
pengkajian, perawat mulai melibatkan klien dalam interveni. Misalnya
pada waktu interview, perawat mempelajari apa yang bisa dikerjakan atau
dilihat klien sebagai masalah utama, sehingga muncul diagnosa keperawatan.
Kemudian perawat dan klien mendiskusikan kriteria hasil dan rencana
tindakan untuk memvalidasi.
D. RENCANA TINDAKAN
Rencana
tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai
kriteria hasil. Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab
diagnosa keperawatan. Oleh karena itu rencana mendefinisikan suatu aktifitas
yang diperlukan untuk membatasi factor-faktor pendukung terhadap suatu
permasalahan.
Menurut Bulecheck dan McCloskey
(1989) intervensi keperawatan adlah “suatu tindakan langsung kepada klien yang
dilaksanakan oleh perawat”. Tindakan tersebut meliputi tindakan independent
keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan, tindakan medis berdasarkan
diagnosa medis dan membantu pemenuhan kebutuhan dasar fungsi kesehatan kepada
klien yang tidak dapat melakukannya. Definisi tersebut berhubungan dengan semua
intrervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan atau masalah kolaboratif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas kami dapat menyimpulkan bahwa
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan
berdasarkan masalah actual dari klien. Maksud penetapan prioritas masalah
adalah mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan ketika klien mempunyai
masalah dalam menetapkan prioritas tidak
hanya memperhatikan aspek fisiologis tapi juga aspek keinginan, kebutuhan, dan
keselamatan klien.
B. KRITIK DAN SARAN
Dalam penulisan makalah kami menyadari segala
kekurangan dan makalah ini pun jauh dari kesempurnaan.Tak ada gading yang retak
,oleh karena itu kami mohon saran dan kritik dari pembaca yang budiman guna menyempurnakan makalah ini .terima kasih
.
DAFTAR PUSTAKA
Carol Vestal Allen (1998),Memahami Proses
keperawatan,penerbit buku Kedokteran EGC,Jakarta
Doenges E.Marilynn.dkk (1999).Rencana Asuhan
Keperawatan.Penerbit buku kedokteran EGC.jakarta
http://sukardjoskmmkes.blogspot.com/2010/12/perencanaan-dalam-keperawatan.html
Langganan:
Postingan (Atom)