KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena Nya, saya dapat menyelesaiakan makalah ini yang berjudul “RETENSIO PLASENTA”.
Penyusunan
makalah ini dimaksud untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah konsep kebidanan. Dan juga untuk menambah wawasan serta pengetahuan yang lebih luas bagi.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
penyusunan makalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
kita semua.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………….………………………………………………………..……i
Daftar
Isi…….…………………….……………….……………………………….…….ii
Bab
I : Pendahuluan
I.I : Latar Belakang………………….…………………………………….…1
I.2 :
Tujuan……………………………………………………….……………………...1
Bab II : Pembahasan
Bab III : Penutup
3.I : Kesimpulan……………..…………………………………………………………22
3.2 : Saran…………….………………………………………………………………..22
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang
Tingginya
Angka Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang kesehatan.
Angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi d ASEAN dan Indonesia.
Persalinan merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam
persalinan dan setelah melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk
mengalami perdarahan yang begitu hebat dan perdarahan tersebut adalah salah
satu faktor tertinggi penyebab kematian pada ibu. Perdarahan yang terjadi pada
ibu diantaranya diakibatkan oleh terhambatnya kelahiran plasenta melebihi dari
30 menit. Hal ini di akibatkan karena tertinggalnya sebagian sisa plsenta di
dalam uterus ibu karena perlekatan yang begitu erat.
Lepasnya
plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantasinya.
Menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh darah
tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.ini lah yang disebut dengan RETENSIO
PLASENTA
1.2 Tujuan
Ø Mengetahui retensio plasenta
Ø Untuk mengetahui penyebab retensio plasenta
Ø Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan palsenta manual
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Retensio plasenta adalah
terlambatnya kelahriran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.
Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (habitual retensio
plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata,
dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu
suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.
Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. (Prawiraharjo, 2005).
Plasenta tertahan jika tidak
dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir. Plasenta mungkin terlepas tetapi
terperangkap oleh seviks, terlepas sebagian, secara patologis melekat (plasenta
akreta, inkreta, percreta) (David, 2007)
Retensio
plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan hemorrhage yang
tidak tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang berlalu antara
kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan.beberapa ahli klinik
menangiani setelah 5 menit, kebanyakan bidan akan menunggu satu setengah jam
bagi plasenta untuk keluar sebelum menyebutnya untuk tertahan (Varney’s, 2007).
2. Fisiologi plasenta
Klasifikasi plasenta merupakan
proses fisiologis yang terjadi dalam kehamilan akibat deposisi kalsium pada
plasenta. Klasifikasi pada plasenta terlihat mulai kehamilan 29 minggu dan
semakin meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan, terutama setelah
kehamilan 33 minggu. Selama kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat daripada
pertumbuhan plasenta. Sampai usia kehamilan 20 minggu plasenta menempati
sekitar ¼ luas permukaan miometrium dan ketebalannya tidak lebih dari 2-3 cm,
menjelang kehamilan aterm plasenta menempati sekitar 1/8 luas permukaan
miometrium, dan ketebalannya mencapai 4-5 cm. Ketebalan plasenta yang normal jaran melebihi 4 cm, plasenta yang
menebal (plasentomegali) dapat dijumpai pada ibu yang menderita diabetes
melitus, ibu anemia (HB < 8 gr%), hidrofetalis, tumor plasenta, kelainan
kromosom, infeksi (sifilis, CMV) dan perdarahan plasenta. Plasenta yang menipis
dapat dijumpai pada pre eklampia, pertumbuhan jani terhambat (PJT), infark
plasenta, dan kelainan kromosom. Belum ada batasan yang jelas mengenai
ketebalan minimal plsaenta yang masih dianggap normal. Beberapa penulis memakai
batasan tebal minimal plasenta normal antara 1,5-2,5 cm.
3. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus
berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi progresif uterus mengecil, yang
disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun serabut-serabutnya secara
perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh
darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh
serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta
belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi
proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang.
4. Fisiologi pelepasan plasenta
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari
kotraksi dan retraksi miometrium
sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta.
Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plsenta mulai melepaskan diri dari
dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau berinteraksi pada area pemisahan
bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah pemisahan
kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus
dan ,mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan
bekuan darah retroplasenta (WHO, 2001)
5. Predisposisi retensio plasenta
Beberapa
predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu:
a. Grandemultipara
b. Kehamilan ganda,sehingga memerlukan
implantasi plasenta yang agak luas
c. Kasus infertilitas, karena lapisan
endometriumnya tipis
d. Plasenta previa, karena dibagian ishmus
uterus, pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk jauh kedalam
e. Bekas operasi pada uterus
6. Penyebab retensio plasenta
Secara fungsional dapat terjadi
karena his kurang kuat (penyebab terpenting), dan plasenta sukar terlepas
karena tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya (plasenta membranacea,
plasenta anularis), dan ukurannya (palsenta yang sangat kecil). Plasenta yang
sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta adhesive.
Gambaran dan
dugaan penyebab retensio plasenta
Gejala
|
Separasi/
akreta parsial
|
Plasenta
inkarserata
|
Plasenta
akreta
|
Konsistensi
uterus
|
Kenyal
|
Keras
|
Cukup
|
Tinggi
fundus
|
Sepusat
|
2 jari
bawah pusat
|
Sepusat
|
Bentuk
fundus
|
Diskoid
|
Agak
globuler
|
Diskoid
|
Perdarahan
|
Sedang-banyak
|
Sedang
|
Sedikit/tidak
ada
|
Tali pusat
|
Terjulur
sebagian
|
Terjulur
|
Tidak
terjulur
|
Ostium
uteri
|
Terbuka
|
Konstriksi
|
Terbuka
|
Separasi
plasenta
|
Lepas
sebagian
|
Sudah
lepas
|
Melekat
seluruhnya
|
syok
|
sering
|
jarang
|
Jarang
sekali
|
7.
Tertinggalnya sebagian palsenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta
(satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara
efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada
beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta. Penemuan secara
dini hanya di mungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta
setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan
lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ketempat bersalin dengan
keluhan perdarahan setelah beberapa hari pulang kerumah dan subinvolusi uterus
:
a.
Penemuan secara dini hanya dimungkinkan
dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada
kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar
pasien akan kembali lagi ketempat bersalin dengan keluhan perdarahan setelah
beberapa hari pulang kerumah dan subinvolusi uterus.
b.
Berikan antibiotika (sesuai intruksi
dokter) karena perdarahan juga merupakan gejala metritis. Antibiotika yang
dipilih adalah ampisilin dosis awal 1 g IV dilanjukan 3x1 g oral dikombinasi
dengan metrodinazol 1 g supositoria dilanjutkan 3 x 500 mg oral
c.
Lakukan eksplorasi digital (bidan boleh
melakukan) (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan.
Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan dilatasi dan kuretase (dilakukan oleh dokter obgyn)
d.
Bila kadar HB < 8 g/dL berikan
transfusi darah. Bila kadar HB > 8 g/dL, berkian sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 10 hari (sesuai petunjuk dokter kandungan).
8.
Tanda dan Gejala
Gejala yang selalu ada adalah
plasenta belum lahir dalam 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. Tertinggalnya plasenta
(sisa plasenta), gejala yang selalu ada yaitu plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang
kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tetapi tinggi fundus tidak
berkurang.
Penilaian retensio plasenta harus
dilakukan dengan benar karena ini menentukan sikap pada saat bidan akan
mengambil keputusan untuk melakukan manual plasenta, karena retensio bisa
disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a.
Plasenta adhesiva adalah implantasi
yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme
separasi fisiologis.
b.
Plasenta akreta adalah implantasi
jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian lapisan miometrium, perlekatan
plasenta sebagian atau total pada dinding uterus. Pada plasenta akreta vilii
chorialis menanamkan diri lebih dalam kedalam dinding rahim daripada biasa
adalah sampai kebatas atas lapisan otot rahim. Plasenta akreta ada yang
kompleta, yaitu jika seluruh permukannya melekat dengan erat pada dinding
rahim. Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian dari
permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding rahim dari biasa. Plasenta
akreta yang kompleta, inkreta, dan precreta jarang terjadi. Penyebab plasenta
akreta adalah kelainan desidua, misalnya desisua yang terlalu tipis.
c.
Plasenta inkreta adalah implantasi
jonjot korion plasenta hingga mencapai / melewati lapisan miometrium.
d.
Plasenta perkreta adalah implantasi
jonjot korion yang menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa
dinding uterus.
e.
Plasenta inkar serata adalah
tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh kontriksi ostium
uteri
9.
Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena
dapat menimbulkan bahaya :
a.
Perdarahan
Terjadi
terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit pelepasan hingga
kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.
b.
Infeksi
Karena
sebagai benda mati yang tertinggal didalam rahim meingkatkan pertumbuhan
bakteri dibantu dengan pot d’entre dari tempat perlekatan plasenta.
c.
Terjadi polip plasenta sebagai masa
proliferative yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
d.
Terjadi degenerasi (keganasan)
koriokarsinoma
Dengan
masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi
patologik (displastik-dikariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma invasive,
proses keganasan akan berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak
ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini
merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang
beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan
abnormal merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubah menjadi kanker
(Manuaba, IGB. 1998:300)
10.
Penanganan Retensio Plasenta
Ø Tentukan jenis retensio yang terjaid
karena berkaitan dengan tindakan yang di ambil.
Ø Regangkan tali pusat dan minta pasien
untuk mengedan. Bila ekspulsi plasenta tidak terjadi, coba traksi terkontrol
tali pusat.
Ø Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500
mL NS/RL dengan 40 tetes permenit. Bila perlu, kombinasikan dengan misoprostol
400 mg per rektal (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi
tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri).
Ø Bila traksi terkontrol gagal untuk
melahirkan plasenta, lakukan manual palsenta secara hati-hati dan halus untuk
menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan.
Ø Lakukan tranfusi darah apabila
diperlukan.
Ø Berikan antibiotika profilaksis
(ampisislin 2 g IV / oral + metronidazole 1 g supositoria/oral).
Ø Segera atasi bila terjadi komplikasi
perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.
11.
Penanganan plasenta akreta
v Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus
atau korpus bila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan
tepi plasenta karena implantasi yang dalam.
v Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah menetukan
diagnosis, stabilisasi pasien dan rujuk kerumah sakit rujukan karena kasus ini
memerlukan tindakan operatif.
12. Penatalaksanaan retensio plasenta
Dalam melakukan
penatalaksanaan pada retensio plasenta seiknya bidan harus mengambi beberapa
sikap dalam menghadapi kejadian retensio plasenta yaitu :
a. Sikap umum bidan melakukan pengkajian
data secara subyekitf dan obyektif antara lain : keadaan umum penderita, apakah
ibu anemis, bagaimana jumlah perdarahannya, keadaan umum penderita, keadaan
fundus uteri, mengetahui keadaan
plasenta, apakah plasenta inkaserata, melakukan tes plasenta dengan metode
kustner, metode klein, metode strastman, metode manuaba, memasang infus dan
memberikan cairan pengganti.
b. Sikap khusus bidan : pada kejadian
retensio plasenta atau plasenta tidak keluar dalam waktu 30 menit bidan dapat
melakukan tindakan manual plasenta yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau
melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasinya
dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri (Depkes, 2008).
c. Prosedur palsenta manual dengan cara :
Langkah
|
Cara melakukan
|
Gambar
|
|
Persiapan: pasang set dan cairan infus, jelaskan pada ibu prosedur dan
tujuan tindakan, lanjutkan anastesia verbal atau analgesia per rektal,
siapkan dan jelaskan prosedur pencegahan infeksi
|
|
|
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri: pastikan kandung kemih dalam
keadaan kosong; jepit tali pusat dengan klemp pada jarak 5-10 cm dari vulva,
tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai
|
|
|
Secara obstetrik masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke
bawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat, setelah
mencapai bukaan serviks, kemudian minta seorang asisten / penolong lain untuk
memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus
|
|
|
Sambil menahan fundus uteri, masukkan tanagn kedalam hingga ke kavum
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta. Bentangkan tangan
obstetric menjadi datar seperti memberi dalam (ibu jari merapat kadi telunjuk
dan jari-jari lain merapat), tentukan implantasi plasenta, temukan tepi
plasenta paling bawah. Bila plasenta berimplentasi di korpus belakang, tali
pusat tetap disebalah atas dan sisipkan ujung jaru-jari tangan diantara
plasenta dan dinding uterus dimana punggung tngan menghadap ke bawah
(posterior ibu).
|
|
|
Bila di korpus depan maka pindahkan tangan kesebalah atas tali pusat dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dandinding uterus dimana
punggung tangan menghadap ke atas (anterior ibu), setelah ujung-ujung jari
masuk diantara palsenta dan dinding uterus maka perluasan plasenta dengan
jalan menggeser tangan ke tangan kiri sambul geserkan ke atas (cranial ibu)
hingg semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus
|
|
|
Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri lakukan eksplorasi untuk
menilai tidak ada plasenta yang tertinggal.
|
|
|
Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen bawah
uterus) kemudian intruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil
tangan membawa plasenta keluar (hindari adanya percikan darah)
|
|
|
Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simpisis) uterus ke
arah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta dalam
wadah yang telah disediakan.
|
|
|
Lakukan tindaan pencegahan infeksi dengan cara dekontaminasi sarung
tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan, lepaskan dan
rendam sarng tangan dan peralatan lainnya didalam larutan klorin 0,5% selam
10 menit, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan
dengan handuk bersih dan kering
|
|
|
Lakukan pemantauan pasca tindakan, pastikan tanda vital ibu, catat
kondisi ibu, dan buat laporan tindakan, tuliskan rencana pengobatan, tindakan
yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan, beritahukan pada ibu dan keluarga
bahwa tindakan telah selesai tapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan
lanjutan, lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum pindah
ke ruang rawat gabung
|
|
Catatan :
a. Bila tepi plasenta tidak teraba atau
plasenta berada pada dataran yang sama tinggi dengan dinding uterus maka
hentikan upaya plasenta manual karena hal itu menunjukkan plasenta inkreta
(tertanam dalam miometrium).
b. Bila hanya sebagian dari implantasi
plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat erat maka hentikan pula
plasenta manual karena hal tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini
sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan (miso[rostol 600 mcg per rektal)
sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Indikasi melakukan plasenta manual
a. Perdarahan mendadak sekitar 400-500 cc
b. Riwayat HPP habitualis
c. Post operasi
·
Transvaginal
·
Transabdominal
d. Penderita dalam keadaan narkosa atau
anesthesi umum.
Komplikasi plasenta manual
Komplikasi plasenta manual diantaranya :
a. Perforasi karna tipisnya tempat
implantasi palsenta
b. Meningkatnya kejadian infeksi asenden
c. Tidak berhasil karena perlekatan
plasenta, dapat menimbulkan perdarahan yang sulit dihentikan
Dapat dikatakan plasenta manual pada retensio yang tidak menimbulkan
perdarahan harus berhati-hati karena
kemungkinan perlekatan sangat erat, sehingga menimbulkan perdarahan.
Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan maslah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasi pikiran serta tindakan berdasarkan teri ilmiah.
Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil
keputusan yang berfokus pada klien. Asuhan ini adalah bantuan yang diberikan
oleh bidan kepada klien atau pasien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara
bertahap dan sistematis dan melalui suatu proses yang disebut Manajemen
Kebidanan menurut Varney, 1997 .
Proses
manajemen menurut varney (1997) terdiri dari 7 langkah yang berurutan
dimana setiap langkah disempurnakan
secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang
dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
yaitu:
1. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk
mengidentifikasi pasien secara lengkap.
2. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa
berdasarkan interpretasi yang benar dari data tersebut .
3. Mengantisipasi masalah potensial atau
diagnosa lainnya yang mungkin terjadi karna masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi .
4. Mengevaluasi perlunya intervensi segera
oleh bidan dan dokter.
5. Mengembangkan rencana asuhan yang
menyeluruh.
6. Mengembangkan rencana asuhan
tersebutsecara efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan dan asuhan
yang telah diberikan.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam
pembahasan singkat mengenai langkah-langkah tersebut mungkin akan lebih
memperjelas proses pemikiran dalam proses klinis yang berorientasi pada langkah
ini. Penulis membatasi hanya pada kasus Retensio
Plasenta.
Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
I.
PENGKAJIAN
(PENGUMPULAN DATA DASAR )
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data, mengelompokkan
data menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan keadaan klien. Pada
langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien
Data- data tersebut dikumpulkan
meliputi:
1.Data Subjektif
a. Identitas
Nama klien: digunakan untuk membedakan antara klien yang satu dengan yang lain
Umur: untuk mengetahui masa reproduksi
klien berisiko tinggi atau tidak, <20 tahun atau >35 tahun.
Agama: untuk menentukan bagaimana kita
memberikan dukungan kepada ibu selama memberikan asuhan
Suku/ bangsa: untuk menentukan adat
istiadat atau budayanya
Pendidikan: untuk memudahkan kita dalam
memberikan asuhan pada ibu.
Pekerjaan: untuk mengetahui bagaimana
taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat kita sesuai.
Alamat: untuk mengetahui ibu tinggal
dimana.
( maksud pertanyaan ini adalah untuk
mengidentifikasi atau mengenal klien)
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan
ibu saat Retensio plasenta terjadi. Ibu dengan retensio plasenta mengatakan
perutnya tidak terasa mules plasenta belum lahir.
c. Riwayat perkawinan
Menanyakan tahun berapa meniakah,
status perkawinan dan setelah menikah berapa lama baru hamil. Gunanya untuk
mengetahui fungsi alat reproduksi pasien baik atau tidak. Kejadian retensio plasenta ini dapat berkaitan dengan usia ibu yang
tidak dalam usia reproduksi yang sehat dimana wanita yang melahirkan anak
pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko
terjadinya perdarahan pascapersalinan.
d. Riwayat menstruasi
(1) Menarche :
(2) Siklus :
(3) Banyaknya :
(4) Keluhan :
(5) HPHT :
maksud pertanyaan ini adalah untuk menentukan
tafsiran persalinan dan usia kehamilan,dimana dari sini merupakan salah
satu cara untuk mengetahui apakah siklus
mentruasi pasien normal.
e. riwayat obstetric yang lalu
menanyakan tentang kehamilan yang lalu,
persalinan yang lalu dan nifas yang lalu normal atau tidak.
· Kehamilan yang lalu, kemungkinan pasien ada atau tidak
mengalami anemia.
· Persalinan yang lalu, kemungkinan klien pernah mengalami
persalinan spontan atau dengan tindakan , persalinan atrem atau post-term. Riwayat Bekas operasi pada uterus dapat
mengakibatkan retensio plasenta.
· Nifas yang lalu, kemungkinan keadaan involusi uterus,
lochea, infeksi dan laktasi berjalan dengan normal atau disertai konflikasi.
· Pada kasus infertilitas, kemungkinan akan terjadi retensio plasenta karena
lapisan endometriumnya tipis.
· Pada kasus banyak anak
(grandemultipara ) merupakan salah satu predisposisi retensio plasenta
· Kemungkinan ada.riwayat retensio pada persalinan
sebelumnya
f. riwayat kehamilan sekarang
-
HPHT : untuk mengetahui usia kehamilan
dan tafsiran persalinan
-
Keluhan-keluhan umum yang terjadi pada
TM I, TM II, TM III: untuk mengetahui kemungkinan adanya tanda-tanda bahaya
pada ibu hamil. Pada kasus plasenta
previa kemungkinan dapat mengakibatkan retensio plasenta, karena dibagian
istmus uterus, pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk jauh kedalam.
-
Obat / suplemen termasuk jamu-jamuan
yang dikonsumsi : untuk mengetahui apakah si ibu mempunyai kebiasaan makan,
minum obat-obatan / jamu, merokok, gaya hidup yang tidak sehat, selama waktu
hamil atau tidak.
-
Imunisasi : kemungkinan apakah ada ibu
mendapatkan imunisasi TT selama kehamilan.
g. riwayat kesehatan
riwayat kesehatan yang lalu: untuk
mengetahui apakah pasien pernah mengalami masalah seperti jantung, ginjal,
asma, TBC, hipertensi, DM, epilepsi, PMS dan mengalami operasi pada uterus atau
tidak.
Riwayat kesehatan sekarang :
h. riwayat kesehatan keluarga
mengetahui apakah keluarga ada yang
mengalami penyakit seperti, jantung, ginjal, asma, TBC, hipertensi, DM,
epilepsi dan PMS atau tidak.
i. Riwayat kontrasepsi
Kemungkinan klien pernah menggunakan
alat kontrasepsi atau tidak.
j. Riwayat seksualitas
Apakah klien mengalami masalah selama
berhubungan atau tidak.
k. Riwayat sosial, ekonomi dan budaya
Mengetahui bagaimana hubungan pasien
dengan lingkungan sekitarnya apakah baik atau tidak dan keadaan ekonomi pasien
mampu atau kurang mampu serta budaya yang mempengaruhi lingkungan klien. dengan
adanya pantangan untuk memakan makanan tertentu bagi ibu hamil juga akan
mempengaruhi kesehatan ibu.
l. Riwayat spritual
Kemungkinan klien melakukan ibadah
agama dan kepercayaannya dengan baik.
m. Riwayat psikologis
Mengetahui kemungkinan adanya tanggapan
klien dan keluarga yang baik terhadap kehamilan dan persalinan ini. Kemungkinan
klien dan suaminya mengharapkan dan senang dengan kehamilan ini
.
n. Kebutuhan dasar
Kemungkinan pemenuhan kebutuhan
bio-psiko yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses eliminasi, aktifitas
sehari-hari, istirahat dan personal hygiene dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan saat hamil dan bersalin.
2. Data Objektif
data objektif merupakan data yang
dikumpulkan dari pemeriksaan umum dan khusus.
a) Pemeriksaan umum
ü Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Pada rentensio plasenta keadaan umum ibu
kurang baik.
Keadaan emosional : untuk mengetahui apakah kaeadaan emosional ibu stabil
atau tidak.
ü Ukuran LILA : untuk mengetahui status
gizi ibu.
ü Tanda-tanda vital
a. TD :
b. Suhu :
c. Nadi :
d. Pernafasan :
ü Berat Badan ( untuk mengetahui status gizi ibu )
Saat ini :
Sebelum hamil :
Kenaikan BB selama hamil :
ü Tinggi badan :
b) Pemeriksaan khusus
ü Secara inspeksi, yaitu pemeriksaan
pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki.
Yang dinilai adalah kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit,
rambut, muka, conjungtiva , sklera, hidung dan telinga, mulut
apakah caries , karang gigi, leher apakah ada pembesaran kelenjer gondok,
payudara apakah simetris kiri dan kanan, keadaan puting susu menonjol atau
tidak, colostrum ada atau tidak, perut membesar sesuai denagan usia kehamilan, apakah
ada bekas luka operasi atau tidak,
vulva apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema, dan pengeluran dari
vagina, Anus apakah ada haemoroid, ektermitas atas dan bawah apakah ada
kelainan.
Yang menjadi fokus pemeriksaan
yaitu mata apakah conjungtiva pucat atau
tidak dan biasanya pada retensio plasenta mata klien pucat dan kemungkinan
klien juga ada bekas operasi pada uterusnya.
Pendarahan kurang lebih 400 cc.
ü Secara Palpasi yaitu,pemeriksaan yang
difokuskan pada abdomendengan menngunakan cara leopold.
Yang menjadi fokus pemeriksaan adalah
pada daerah perut didapatkan uterus tidak teraba bulat dan keras kontraksi
kurang kuat, TFU 3 jari diatas pusat.
Plasenta belum lahir lebih dari 30
menit. Kontraksi kurang baik
ü Secara Auskultasi
Pemeriksaan dilakukan dengan cara mendengarkan.
ü Secara perkusi
Kemungkinan refleks petella kiri dan kanan positif.
c) Pemeriksaan penunjang
ü Pemeriksaan labor dilakukan untuk mengetahui derajat
anemia yang dialami klien yaitu dengan melakukan pemeriksaan HB berhubungan dengan seberapa banyak pendarahan
yang telah di alami klien.
d) Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam dengan kasus retensio plasenta ( plasenta akreta
)sulit ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang dalam.
e) Pemeriksaan luar
Tanda penting untuk diagnosis pada retensio plasenta (plasenta akreta )
pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus atau korpus bila tali pusat ditarik.
II.
INTERPRESTASI DATA DASAR, DIAGNOSA,
MASALAH DAN KEBUTUHAN
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosa yang spesifik.beberapa maslah tidak dapat diselesaikan
seperti diagnosis tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam
sebuah rencana asuhan terhadap klien.
1. Diagnosa
Ibu P..A..H.., partus kala III dengan retensio plasenta
Dasar :
-
Ibu mengatakan perutnya tidak terasa mules plesenta belum lahir
-
Ibu mengatakan merasa lega dan senang dengan kelahiran bayinya
-
Keadaan umum kurang baik
-
Mata pucat
-
Uterus tidak teraba bulat dan keras, kontraksi kurang kuat
-
TFU 3 jari diatas pusat
-
Plasenta belum keluar dari 30 menit
-
Pendarahan kurang lebih 400 cc
2. Masalah
Pendarahan dan kekurangan cairan
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang ada
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa / masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Kemungkinan diagnosa atau masalah potehsial yang timbul:
v ketidakseimbangan elektrolit dan syok.
Dasar: kebutuhan cairan yang berkurang
akibat pendarahan lebih
kurang 400 cc
IV.IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA DAM KOLABORASI
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya Tindakan segera atau tidak oleh
bidan atau dokter untuk dikonsultasi atau ditangani bersama dengan anggota TIM
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Tindakan segeranya adalah:
v Kolaborasi dengan dokter Sp.OG dan tenaga kesehatan lainnya bila terjadi
komplikasi lebih lanjut, pasang infus cairan dextrose 5%, tranfusi darah dan
manual plasenta.
V. PERENCANAAN
Merencanakan
asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah.
intevensi
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Lakukan infom consent dengan
keluarga untuk melakukan tindakan yang akan
dilakukan.
3. Pasangkan infus cairan ringer
dekstrose 5% pada klien.
4. lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.
OG untuk memberikan penanganan segera.
5. Persiapkan donor darah untuk tranfusi darah untuk persiapan bila kekurangan
darah pada klien.
6. Lakukan test pelepasan plasenta dengan cara kustner memastikan apakah
plasenta sudah lepas
7. Lakukan manual plasenta jika
plasenta belum lepas
8. Lakukan observasi kontraksi uterus, periksa plasenta yang sudah
dikeluarkan, selaput dan kotiledonnya, kontrol luka yang terjadi pada vagina
dan perinium tidak ada robekan.
9. Lakukan masase fundus selama 15 detik.
10. Bersihkan klien dan lakukan vulva
hygiene setelah plasenta dilahirkan
11. Berikan minum pada klien dan anjurkan
klien untuk istirahat
12. Dokumentasikan semua hasil pemeriksaan
dan asuhan yang telah diberikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam penanganan
retensio plasenta seorang bidan harus memiliki keterampilan dan harus bsa
mendeteksi secara dini serta mengetahui tanda-tanda komplikasi terjadinya
retensio plasenta. Retensio plasenta jika tidak ditangani dengan sebaik-baiknya
akan menyebabkan kematian pada ibu. Retensio plasenta adalah tidak lahirnya
plasenta lebih dari 30 menit dan hal ni diakibatkan tertinggalnya sisa plasenta
di tempat penanaman plasenta. Bisan bisa mencegah dengan melakukan upaya
promisi dengan penerimaan keluarga berencana sehingga memperkecil retensio
plasenta, meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan dengan tenaga
kesehatan yang terlatih, pada pertolongan persalinan kala III tidak
diperkenankan untuk melakukan masase dengan tujuan mempercepat proses
persalinan plasenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi
otot rahim dan mengganggu pelepasan
plasenta.
3.2 Saran
Makalah ini ungkin msih luput dari
kesalahan dan banyak kekurangan yang dituliskan oleh penulis maka dari itu
penulis mohon kiritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba,
I.G.B, dkk.2007.pengantar kuliah obstetri.Jakarta: Penerbit buku kedokteran
Yulianti
Lia,amd.keb,MKM,dkk.2011. Asuhan kebidanan IV (patologi kebidanan).Jakarta:TIM